Setelah melakukan restorasi pada bagian powerplant dan finishing, kali ini saya akan mempublikasikan pekerjaan saya seputar restorasi laras. Seperti yang kita ketahui, laras suatu senapan adalah jiwa dari senapan itu. Nilai suatu senapan sangat dipengaruhi oleh kualitas laras senapannya. Banyak praktisi senapan berusaha mendapatkan laras terbaik yang bisa mereka peroleh untuk membuat senapan custom. Laras senapan lama yang sudah terkenal reputasinya masih sangat berharga dan menjadi komoditas langka di kalangan hobiis senapan. Tidak terkecuali laras senapan Sharp Ace keluaran awal dengan seri A 46xxxx yang konon katanya hanya dibuat di Jepang.
Mungkin saya cukup beruntung memiliki satu di antaranya. Alasannya untuk saat ini sebuah laras Sharp Ace seri A 46 dihargai cukup mahal. Bahkan pada suatu obrolan dengan gunsmith di sekitaran Sumedang, mereka berani membayar seharga 2,5 juta rupiah untuk sebuah laras senapan yang asli (Mid-2013). Itu berarti sedikit lebih mahal dari sebuah laras Lothar Walther baru. Dan saya yakin jika dijual kembali oleh gunsmith tadi, harganya bisa lebih mahal (whatever..). Namun masalahnya saya tidak merasa laras ini begitu istimewa pada saat itu. Inilah yang menggugah rasa penasaran saya tentang laras Sharp Ace dan menjadi latar belakang pekerjaan saya kali ini.
Sejatinya laras Sharp Ace adalah laras baja yang menyatu langsung dengan reciever/chamber-nya. Keseluruhan unit silinder ini berdiameter luar 16 mm dengan panjang 70 cm. Panjang larasnya saja sekitar 60 cm dengan jumlang rifling sebanyak 12 alur searah jarum jam. Twist rate rifling ini sekitar 1:18, atau satu putaran pada 18 inci. Sehingga setelah mimis melewati laras ini, mimis telah berputar sebanyak 1,3 putaran (472.44 ⁰). Ujung laras senapan ini dicekik (choked) dan diberi crowning 90⁰.
Jika dilihat dari spesifikasi di atas, secara logis laras Sharp Ace adalah laras bagus, apapun itu artinya. Bisa saja dikatakan kuat, akurat, maupun memiliki kecepatan yang bagus. Namun buat saya yang saat ini mementingkan akurasi, reputasi laras ini tidak sependapat dengan hasil yang saya dapatkan. Setidaknya sebelum saya melakukan proyek ini. Hasil grouping yang saya peroleh bisa dikatakan cukup hancur.
Seperti yang saya publikasikan dari posting sebelumnya, saya telah melakukan beberapa usaha untuk merestorasi senapan saya ini. Salah satunya adalah dengan melakukan bronir (bluing) ulang. Masalahnya adalah saya melakukan bronir ulang laras dengan kondisi tidak ideal. Saat melakukan bronir saya tidak menutup semua lubang pada laras (saya tidak tahu apakah memang diperlukan atau tidak), laras tidak digantung saat proses bronir berlangsung, dan cairan bronir tidak diaduk atau disirkulasikan. Hal ini mungkin telah menyebabkan penumpukan kristal garam yang tidak merata pada satu sisi/sebagian sisi laras sehingga mengganggu keseragaman diameter dan alur rifling.
Apa yang bisa saya lakukan untuk memperbaikinya?
Setelah melakukan riset internet untuk memperbaiki akurasi senapan, saya tertarik dengan topik barrel cleaning, barrel lapping, barrel polishing atau break in process. Saya tidak terlalu mengerti perbedaan dari masing-masing istilah tersebut. Namun intinya adalah suatu proses untuk memberbaiki akurasi suatu laras dengan cara memberbaiki kondisi internal laras (yaitu rifling: grooves dan lands) melalui proses pemolesan. Diharapkan setelah melakukan proses pemolesan maka permukaan dalam laras menjadi halus dan homogen.
Ada beberapa cara untuk melakukan proses ini. Beberapa yang saya bisa sarikan, yaitu:
Mungkin saya cukup beruntung memiliki satu di antaranya. Alasannya untuk saat ini sebuah laras Sharp Ace seri A 46 dihargai cukup mahal. Bahkan pada suatu obrolan dengan gunsmith di sekitaran Sumedang, mereka berani membayar seharga 2,5 juta rupiah untuk sebuah laras senapan yang asli (Mid-2013). Itu berarti sedikit lebih mahal dari sebuah laras Lothar Walther baru. Dan saya yakin jika dijual kembali oleh gunsmith tadi, harganya bisa lebih mahal (whatever..). Namun masalahnya saya tidak merasa laras ini begitu istimewa pada saat itu. Inilah yang menggugah rasa penasaran saya tentang laras Sharp Ace dan menjadi latar belakang pekerjaan saya kali ini.
Sejatinya laras Sharp Ace adalah laras baja yang menyatu langsung dengan reciever/chamber-nya. Keseluruhan unit silinder ini berdiameter luar 16 mm dengan panjang 70 cm. Panjang larasnya saja sekitar 60 cm dengan jumlang rifling sebanyak 12 alur searah jarum jam. Twist rate rifling ini sekitar 1:18, atau satu putaran pada 18 inci. Sehingga setelah mimis melewati laras ini, mimis telah berputar sebanyak 1,3 putaran (472.44 ⁰). Ujung laras senapan ini dicekik (choked) dan diberi crowning 90⁰.
Jika dilihat dari spesifikasi di atas, secara logis laras Sharp Ace adalah laras bagus, apapun itu artinya. Bisa saja dikatakan kuat, akurat, maupun memiliki kecepatan yang bagus. Namun buat saya yang saat ini mementingkan akurasi, reputasi laras ini tidak sependapat dengan hasil yang saya dapatkan. Setidaknya sebelum saya melakukan proyek ini. Hasil grouping yang saya peroleh bisa dikatakan cukup hancur.
Seperti yang saya publikasikan dari posting sebelumnya, saya telah melakukan beberapa usaha untuk merestorasi senapan saya ini. Salah satunya adalah dengan melakukan bronir (bluing) ulang. Masalahnya adalah saya melakukan bronir ulang laras dengan kondisi tidak ideal. Saat melakukan bronir saya tidak menutup semua lubang pada laras (saya tidak tahu apakah memang diperlukan atau tidak), laras tidak digantung saat proses bronir berlangsung, dan cairan bronir tidak diaduk atau disirkulasikan. Hal ini mungkin telah menyebabkan penumpukan kristal garam yang tidak merata pada satu sisi/sebagian sisi laras sehingga mengganggu keseragaman diameter dan alur rifling.
Apa yang bisa saya lakukan untuk memperbaikinya?
Setelah melakukan riset internet untuk memperbaiki akurasi senapan, saya tertarik dengan topik barrel cleaning, barrel lapping, barrel polishing atau break in process. Saya tidak terlalu mengerti perbedaan dari masing-masing istilah tersebut. Namun intinya adalah suatu proses untuk memberbaiki akurasi suatu laras dengan cara memberbaiki kondisi internal laras (yaitu rifling: grooves dan lands) melalui proses pemolesan. Diharapkan setelah melakukan proses pemolesan maka permukaan dalam laras menjadi halus dan homogen.
Ada beberapa cara untuk melakukan proses ini. Beberapa yang saya bisa sarikan, yaitu:
- Terus menembak sampai akurat. Dikatakan pada laras yang baru memerlukan rata-rata sekitar 500 kali tembakan menggunakan mimis untuk melewati break-in period. Namun angka ini tidak eksak dan bervariasi tergantung jenis materi laras yang digunakan. Semakin keras materi laras maka akan semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk melewati break-in period ini.
- Menggunakan mimis pembersih (cleaning pellet). Mimis ini didesain secara khusus untuk membersihkan bagian dalam laras. Materi yang digunakan adalah serat wool atau sejenisnya (bukannya timah). Bekerja dengan cara memoles dan menyerap kotoran pada saat mimis ini meluncur di dalam permukaan laras.
- Menggunakan batang pembersih (cleaning rod). Batang pembersih ini berfungsi untuk mendorong (atau menarik) alat yang digunakan untuk membersihkan laras. Alat yang digunakan untuk membersihkan laras sendiri bisa menggunakan kain pembersih (cleaning patch), sikat (nilon maupun tembaga), dan bahkan menggunakan timah yang dilelehkan untuk membentuk cetakan bagian dalam laras (lead lapping).
- Menggunakan bore snake. Bore snake adalah suatu alat yang intinya adalah tali yang terdiri dari batang pemberat di ujungnya, sikat tembaga yang terintegrasi di tengahnya, dan jalinan wool pembersih di belakangnya. Di bagian-bagian tertentu pada bore snake ini dapat diaplikasikan cairan pembersih dan minyak.
Setelah saya mendapatkan bayangan tentang beberapa metoda di atas, saya berencana untuk melakukan pemolesan laras dengan menggunakan batang pembersih dan bore snake. Alasannya: saya tidak cukup sabar untuk menunggu proses break-in berlangsung karena perasaan saya selalu terganggu dengan hasil tembakan yang buruk. Saya tidak menggunakan mimis pembersih karena saya masih merasa ragu terhadap efektifitasnya. Lagipula saya terlanjur terhasut jargon yang berkata bahwa "laras terbaik adalah laras yang dipoles dengan menggunakan tangan". Jadi pilihan saya jatuh pada metoda menggunakan batang pembersih dan bore snake.
Dikatakan bahwa proses membersihkan dan memoles laras adalah pekerjaan profesional. Dibutuhkan ahli dan pengalaman seumur hidup untuk memperlakukan laras senapan dan menghasilkan laras yang baik. Nyali saya sempat ciut meresapi petuah-petuah on-line tersebut. Namun apa dikata, saya sudah terlanjur merusak potensi senapan saya. Memberikan pekerjaaan ini pada orang lain yang tidak saya kenal (saya tidak kenal seorangpun yang ahli di bidang ini) atau mungkin tidak mengerti apa yang dikerjakannya (walaupun sudah berpengalaman) adalah taruhan yang terlalu mahal buat saya. Bagaimanapun saya sudah merusak senapan saya. Membuatnya lebih rusak dengan tangan sendiri rasanya tidak lebih dari buruk daripada dibiarkan rusak. Minimal ada pengalaman yang bisa saya petik dari melakukan pekerjaan ini sendirian. Dan taruhan ini lebih baik dari pada memberikannya pada orang lain.
Terinspirasi dengan pekerjaan sejawat di berburu mania, saya berusaha meniru dengan cara saya sendiri. Langkah yang saya kerjakan sebagai berikut:
- Periksa keadaan rifling laras. Untuk melakukan ini pada senapan Sharp Ace, tidak perlu melepaskan laras dari unit tabung pompa (bahkan tidak perlu melepaskan teleskop). Cukup lepaskan grendel (bolt) dari dudukannya. Lalu lakukan penerawangan ke jendela atau disenteri untuk mengintip bagian dalam laras. Perhatikan keadaan awal sebelum dilakukan pemolesan. Lihat permukaan land dan kedalaman groove. Bila memiliki kamera ponsel yang baik, coba ambil gambar untuk membantu mengingat keadaan awal.
Gambar 2. Foto Bagian Dalam Laras. Rifling yang terdiri dari lands dan grooves. - Letakkan senapan pada meja yang kokoh dan dijepit dengan tanggem/ragum pada bagian popornya. Gunakan kain yang lembut untuk mencegah permukaan popor penyok (indentasi) atau tergores akibat dijepit dengan tanggem/ragum selama proses pengerjaan.
Gambar 3. Posisi Senapan terhadap Fiksator dan Meja. Karena meja yang saya gunakan berkaki pendek, saya lebih nyaman bekerja dengan posisi ujung laras lebih rendah. - Ambil batang pembersih dan pasang alat penggosok yang terbuat dari wool. Batang pembersih yang saya miliki buatan China dengan 3 macam alat pembersih. Yaitu sikat tembaga, sikat nilon, dan sikat wool. Untuk langkah ini saya pasang sikat wool dan disambung dengan 4 batang kuningan (termasuk handle). Aslinya 1 set alat ini punya 3 batang kuningan termasuk handle. Karena panjang total laras berikut reciever 70 cm, saya menggunakan 2 set alat.
Gambar 4. Jenis Sikat yang Terdapat dalam Cleaning Rod Kit Milik Saya. Kiri sikat tembaga, tengah sikat nilon, dan kanan sikat wool. - Oleskan minyak Singer pada sikat wool lalu dorong masuk ke dalam laras melalui lubang grendel (bolt). Hal ini bertujuan untuk memberi lapisan tipis pelembab untuk proses berikutnya yang lebih abrasif. Dorong perlahan sedikit demi sedikit supaya batang kuningan tidak melengkung dan menggores bagian dalam laras. Bila ujung sikat wool sudah keluar dari laras, terus dorong sampai bisa dilepaskan dari batang pendorong. Perhatikan bahwa sikat yang keluar berubah menjadi kehitaman akibat deposit grafit yang didapatkan dari bahan pelapis mimis. Kita tidak ingin memasukkan kembali kotoran itu ke dalam laras. Pada langkah inilah kenapa diperlukan 2 set alat. Karena jika batang kuningan terlalu pendek, sikat tidak bisa dilepaskan secara aman dari ujung laras.
Gambar 5. Posisi Cleaning Rod Saat Dimasukkan Melalui Lubang Grendel. - Tarik kembali batang pendorong melalui laras secara perlahan supaya tidak menggores laras. Keluarkan melalui lubang grendel lalu ganti unit pembersih dengan sikat tembaga.
- Masukkan kembali batang pembersih yang kali ini sudah diganti dengan sikat tembaga secara perlahan melalui lubang grendel. Sebelumnya berikan sedikit minyak Singer sepanjang sikat tembaga tersebut. Dorong perlahan seperti langkah 4 namun jangan sampai sikat tembaga keluar semua dari ujung laras. Berhenti pada saat ujung sikat terlihat di ujung laras. Mundur pada bagian lubang grendel lalu tandai dengan cara melilitkan isolasi pada batang kuningan. Tanda berhenti ini mencegah sikat keluar saat proses menggosok yang akan berakibat merusak permukaan crown laras saat sikat ditarik masuk kembali.
Gambar 7. Ujung Sikat Tembaga yang Sudah Berada di Luar Laras. Berhenti mendorong batang pembersih supaya jangan sampai seluruh sikat keluar dari muzzle. - Setelah tanda dibuat, lalu tarik kembali batang pembersih secara hati-hati. Tarik hingga pangkal sikat tembaga hampir keluar dari pangkal laras. Cirinya ditandai dengan berkurangnya tahanan saat menarik batang. Sekali lagi tandai dengan isolasi namun cukup tipis-tipis saja atau bisa menggunakan spidol permanen. Hal ini mencegah sikat keluar dari pangkat laras yang akan merusak bentuk pangkal laras yang berguna untuk membentuk mimis saat didorong grendel.
Gambar 8. Area Kerja yang Dibentuk dari 2 Tanda. Saat gerakan menggosok jangan sampai melewati kedua tanda tersebut. - Saat ini kita sudah memiliki area kerja untuk menggosok, yaitu sepanjang 2 daerah yang kita tandai tadi. Lakukan gerakan menggosok maju mundur sebanyak 20 kali maju dan 20 kali mundur. Lakukan gerakan secara hati-hati jangan sampai melewati tanda yang sudah dibuat tadi. Lakukan gerakan dengan memegang pangkal batang dengan jepitan jari telunjuk dan jempol untuk mencegah batang kuningan melengkung dan menggores permukaan dalam laras. Perhatikan bahwa saat pertama-tama kita melakukan gerakan ini terasa berat. Namun seiring permukaan laras semakin halus dan diameter sikat tembaga semakin kecil akibat mengikuti diameter dalam laras, maka tahanan tadi akan semakin berkurang.
- Pada akhir langkah di atas, dorong sampai ujung sikat tembaga keluar dari laras, lalu lepaskan sikat dari batang pendorongnya. Tarik kembali secara perlahan batang kuningan yang sudah dilepaskan kepalanya sepanjang laras hingga keluar dari lubang grendel. Ganti unit pembersih kali ini dengan sikat nilon. Perhatikan bahwa sikat tembaga tadi telah berubah menjadi kehitaman akibat tumpukan deposit kristal garam bronir dan partikel kotoran.
- Dorong kembali batang pembersih yang telah dipasang dengan sikat nilon melalui lubang grendel. Pada langkah ini saya hanya melakukan gerakan searah ke depan. Tujuannya untuk mengeluarkan sisa kotoran sebanyak mungkin melalui ujung laras. Lakukan sekitar 10 kali gerakan mendorong dan lepaskan sikat nilon setiap kali akan menarik batang kuningan kembali melalui pangkal laras.
- Setelah melewati langkah di atas, ganti unit sikat dengan sikat wool yang baru. Sekali lagi, inilah pentingnya memiliki 2 set alat. Kali ini sikat wool yang baru dilumuri dengan compound pemoles. Pada berbagai forum senapan api disarankan menggunakan lapping compound ber-grit kasar sekitar 220-320. Tapi karena saya tidak memiliki compound jenis itu dan saya pikir mimis timah memerlukan permukaan rifling yang lebih halus, maka saya ganti compound kasar tadi menggunakan Kit Metal Polish Cream yang dari pengalaman saya cukup abrasif dan kasar untuk menghilangkan karat permukaan.
Gambar 11. Kit Metal Polish Cream.. Compound andalan saya untuk menghilangkan karat permukaan pada proyek sebelumnya. - Dorong kembali sikat wool yang sudah lumuri dengan compound melalui pangkal laras. Kali ini lakukan lebih hati-hati lagi. Usahakan sesedikit mungkin compound mengotori bagian reciever karena sifatnya yang abrasif bisa mengikis bronir bagian lain yang tidak ingin dibersihkan. Pada langkah ini, memasukkan sikat wool terasa sangat berat. Lakukan dorongan sedikit demi sedikit dan jaga jangan sampai batang kuningan bengkok apalagi patah. Terutama pada bagian drat sambungan batang itu.
- Untuk langkah awal, keluarkan sikat wool seluruhnya melewati ujung laras lalu lumuri ulang dengan compound. Perhatikan saat kita mendorong beberapa inci sebelum ujung laras berakhir, akan didapati kembali tahanan yang kuat. Hal ini disebabkan karena bagian ujung laras yang di-choked. Pelumuran ulang compound bertujuan memberi cadangan/deposit compound yang sebanding dari kedua ujung laras saat melakukan gerakan maju-mundur. Masukkan kembali sikat dengan menarik batang pembersih dengan hati-hati.
Gambar 12. Pengolesan Compound Ulang di Depan Muzzle. Berfungsi menyediakan deposit compound yang berimbang di ujung maupun di pangkal laras. - Tandai lagi area kerja kita. Berikan lagi tanda pada batang kuningan pendorong seperti langkah nomor 6 & 7.
- Lakukan kembali gerakan maju mundur seperti langkah nomor 8. Untuk langkah ini saya lakukan juga sebanyak 20 kali gerakan maju dan mundur. Perhatikan kembali bahwa tahanan akan terasa semakin berkurang seiring permukaan dalam laras semakin halus dan permukaan sikat ber-compound semakin terkikis. Akhiri dengan mengeluarkan sikat dari ujung laras dan tarik batang pembersih dari pangkal laras.
Gambar 13. Sikat Wool yang Sudah Berubah Menjadi Hitam dan Padat saat Akhir Langkah Pemolesan. - Bersihkan sikat wool yang telah kotor dengan air sabun deterjen lalu keringkan sebisanya.
- Oleskan kembali sikat wool yang sudah dibersihkan dengan compound kedua, yang lebih halus. Kali ini saya menggunakan Turtle Wax Polishing Compound & Scratch Remover. Lalu lakukan kembali langkah nomor 13-15.
Gambar 14. Turtle Wax Polishing Compound. Compound yang lebih halus dibanding Kit Metal Polish Cream. - Angkat senapan dari ragum/tanggem. Lakukan tembakan kering (dry firing) sebanyak 2- 3 kali dengan memompa sebanyak 1-2 kali saja. Fungsinya adalah mengeluarkan tumpukan compound yang masuk ke dalam transfer port. Saya tidak memasang grendel karena khawatir merusak seal o-ring grendel akibat percikan compound. Cukup ditutup dengan sikat wool yang dipasang sedalam 1 cm dari pangkal laras (tempat memasukkan mimis). Jangan memompa lebih dari 2x karena tekanan angin akan melontarkan sikat wool ke arah belakang (berbahaya).
- Ganti kembali sikat wool dengan sikat nilon lalu ulangi langkah nomor 10 sebanyak 10 kali juga.
- Ganti sikat nilon dengan sikat wool yang pertama, yang khusus dipergunakan untuk mengoleskan minyak pelumas. Untuk langkah ini saya mempergunakan minyak pelumas Pertamina Enduro Matic yang memiliki kekentalan 2 fase yaitu 10W30 dan memiliki additif dari senyawa molibdenum. Menurut penelitian, senyawa molibdenum (moly) dapat melindungi permukaan logam yang bergesekan. Saya memilih produk ini semata-mata karena mudah didapatkan. Lakukan aplikasi pelumas secara searah dan saya hanya lakukan sekali saja. Lepas sikat katun dan tarik kembali batang pembersih melalui lubang grendel.
Gambar 16. Oli Pertamina Enduro Matic. Minyak dengan kekentalan dua fase dan memiliki aditif molybdenum. Mudah didapatkan dan cukup terjangkau. - Selesaikan pekerjaan dengan memasukkan bore snake dari pangkal laras dan menarik pemberat dengan hati-hati melalui ujung laras. Langkah ini berguna untuk meratakan pelumas dan membersihkan laras dari sisa-sisa compound, partikel logam, maupun serat-serat katun dari sikat yang tertinggal di permukaan dalam laras. Saya lakukan hanya satu kali karena permukaan dalam laras langsung bersih.
Gambar 18. Ujung Pemberat Bore Snake saat Keluar dari Muzzle. Perhatikan saya menggunakan sarung tangan. Gambar 19. Bagian Sikat Tembaga dari Bore Snake. Bila bagian ini sudah masuk ke pangkal laras maka bore snake akan relatif aman untuk ditarik tanpa takut menggores bagian lain dari senapan. Gambar 20. Alasan Saya Menggunakan Sarung Tangan. Menarik tali tipis dan bertegangan seperti ini akan sangat licin dan menyakitkan buat yang tidak terbiasa seperti saya.
- Perhatikan kembali permukaan laras yang kali ini sudah bersih mengkilat dan alur menjadi lebih dalam. Bandingkan dengan awal sebelum pekerjaan dilakukan. Bila yakin sudah tidak ada kotoran besar tertinggal, pasang kembali grendel ke dalam dudukannya.
Pekerjaan ini saya lakukan selama 1.5-2 jam. Biaya yang saya keluarkan untuk pekerjaan ini: Rp. 140,000 untuk membeli 2 set batang pembersih (@ Rp. 70,000), Rp. 80,000 untuk Bore Snake dari Hoppe's No. 9 buatan China, Rp. 20,000 untuk Kit Metal Polish Cream, Rp. 32,000 untuk oli Pertamina Enduro Matic 0,8L. Untuk Turtle Wax Polishing Compound & Scratch Remover dan minyak Singer kebetulan sudah lama ada dan tidak tahu harganya.
Saya sendiri cukup puas dengan hasil yang saya peroleh. Namun saya tidak tahu bagaimana kondisi dalam laras saya karena saya tidak punya bore camera sehingga saya tidak merekomendasikannya untuk ditiru. Apalagi bila material laras yang pembaca miliki bukan baja seperti pada laras Sharp Ace.
Semoga bermanfaat dan terbuka untuk pertanyaan dan diskusi.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar