Selasa, 21 Januari 2014

De Pyra Jupiter 27: Senapan Per Untuk Pemula - Bagian 4

Bagian 1 Tampilan luar senapan
Bagian 2 Siklus menembak dan kecepatan
Bagian 3 Akurasi jarak dekat


Pada artikel ini saya akan mencoba kemampuan senapan ini pada jarak yang lebih jauh dan pada kondisi lingkungan luar ruangan. Senapan De Pyra Jupiter 27 adalah senapan angin jenis per yang diproduksi oleh PD Pipik Putra, Cikeruh - Sumedang. Senapan ini didesain berdasarkan intepretasi mereka atas senapan legendaris Diana model 27 yang sempat lama diproduksi dan populer hingga ke Indonesia.
Senapan ini sendiri memiliki tampilan klasik yang menarik. Siklus menembak senapan ini terbilang bersahabat namun memiliki kecepatan yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan senapan Diana model 27 yang ditirunya. Akurasi senapan ini pada jarak 10 meter terbilang cukup baik namun harus diimbangi dengan teknik menembak yang prima.

Kejadian yang Tidak Diharapkan
Pada mulanya saya ingin menguji senapan ini mempergunakan rifle scope Hawke Sport HD 3-9X40 AO yang memang didesain untuk menghadapi recoil senapan per. Setelah saya naikkan scope ini pada senapan ini dengan menggunakan mounting Marcool model 301 (Two Pieces, Double Screws, Low), saya sempat mendapatkan hasil yang semakin konsisten pada jarak 10 meter. Namun kejadian tidak diharapkan menimpa scope saya ini. Setelah berusaha melakukan zero, saya dapati reticle scope saya semakin berputar searah jarum jam. Rupanya scope ini gagal untuk membendung recoil senapan yang sebenarnya secara fisik tidak dirasakan terlalu kuat dibandingkan Weihrauch HW 77 milik saya.

Posisi scope baru yang disesuaikan dengan kelurusan reticle yang telah berputar searah jarum jam.
Perhatikan pula pita bantalan mounting yang bergeser ke belakang.

Posisi reticle bila posisi scope tidak disesuaikan.
Tampak telah bergeser 20 derajat searah jarum jam.

Mounting Marcool model 301 yang saya miliki juga ikut merasakan dahsyatnya recoil sebuah senapan per. Walaupun tidak sampai fatal dan masih bisa digunakan, namun gambar-gambar di bawah dapat memberi gambaran betapa hebatnya energi yang diterima oleh scope saya. Anda pikir bantalan pita scope ini tidak melekat kuat? Saya telah berusaha mengembalikannya ke posisi awal dengan menggesernya masuk kembali. Tapi perekat pita tersebut sangat kuat dan tidak mau bergeser dengan tekanan jari saya. Tampaknya saya harus membukanya dan mengganti pita bantalan tersebut dengan yang baru.

Pita bantalan scope pada penutup mounting. Tampak bergeser ke depan dan ke belakang.
Bukti ganasnya double recoil senapan per.

Begitupun posisi mounting depan. Posisi awal mounting depan saya letakkan pada ujung rel mount base. Setelah semua ini terjadi, saya dapatkan mounting depan telah bergeser ke belakang sejauh 3 cm. Saya yakin mounting belakang akan mengalami hal yang sama bila saja saya tidak meletakkannya jauh menempel dengan penutup tabung kompresi.

Posisi mounting depan telah bergeser mundur. Double baut tidak menolong.
Seperti halnya penutup mounting, pita bantalan telah bergeser ke depan dan ke belakang.

Hal ini memberikan pelajaran yang berharga bagi saya tentang brutalnya kekuatan sebuah senapan per. Walaupun itu hanya berkekuatan kecil. Scope impor dengan kualifikasi spring piston recoil saja bila tidak tidak beruntung akibat cacat produksi akan mengalami nasib yang naas. Mengembalikannya hanya akan menambah biaya dan kerepotan semata.

Scope Hawke Sport HD 3-9x40 AO kesayangan saya semasa hidupnya yang singkat telah membantu saya menghasilkan grouping yang rapat dan konsisten. Gambar di atas adalah mimis kembar Beeman Kodiak dan Baracuda Match 10.65 gr pada jarak 25 yard dengan Weihrauch HW 77 milik saya.


Akurasi 25 yard
Namun rasa penasaran sudah jauh tinggi di ubun-ubun. Untuk meneruskan pengujian ini saya naikkan rifle scope Simmons ProSport 3-9x40 Duplex Reticle replika milik saya. Scope yang tidak begitu saya sukai karena kualitas bayangan dan reticle-nya yang pas-pasan. Namun untuk menyasar target sejauh 25 yard saya rasa cukup saja. Ajaibnya scope ini berhasil melewati sesi pengujian saya ini tanpa masalah. Namun saya tetap tidak merekomendasikan penggunaannya untuk jangka panjang.
Pengujian ini saya batasi dengan mimis yang memiliki berat sekitar 8 grain saja. Pada artikel sebelumnya terlihat penggunaan mimis ringan tidak mampu mempertahankan tekanan yang cukup untuk berakselerasi dengan optimal. Mimis yang berat juga saya hindari karena dengan mimis 8 grain saja, pengaturan elevation scope sudah sangat mepet dan berbahaya merusak bagian dalam scope akibat recoil tadi.
Untuk pengujian pertama saya gunakan RWS Superdome 8.3 grain. Mimis ini digunakan PD Pipik Putra untuk menguji senapan buatannya. Pada pengujian sebelumnya saya dapatkan muzzle velocity yang konsisten dengan mimis ini. Bahan komposit timah ini cukup keras sehingga cukup kuat membentuk tekanan pelontar bagi mimis.

Grouping 10 tembakan 25 yard RWS Superdome 8.3 gr diukur 95.6 mm CTC atau 54.4 mm bila flyer dieksklusikan.

Hasil yang didapatkan menunjukkan 95.6 mm atau 54.4 mm bila flyer dieksklusikan. Jauh dari yang saya harapkan. Lubang mimis didapatkan cukup bersih terpotong tapi pada sebagian besar lubang terlihat tidak bundar sempurna akibat mimis yang bergoyang (wobbling). Angin berhembus ringan saat pengujian ini saya lakukan.
Pada pengujian selanjutnya saya gunakan JSB Exact 8.44 grain. Mimis ini cukup lunak pada bagian roknya sehingga tidak ada tahanan berarti saat saya memasukkannya dengan pellet seater saya. Hasilnya seperti yang diduga, kertas tidak begitu rapi terpotong akibat kecepatan yang rendah dan mimis jatuh jauh di bawah titik bidik (POA). Saya tidak melakukan tes chrono hari ini karena awan sangat mendung. Grouping tidak pula bertambah baik dengan mimis yang satu ini.

Grouping 10 tembakan 25 yard JSB Exact 8.44 gr diukur 73 mm CTC. Flyer ataupun karena saya belum siap sehingga tampak sebuah mimis mendarat  di kiri atas dan tidak diukur.

Salah satu koleksi mimis 8 grain milik saya yang lain adalah H&N Sport Field Target Trophy 8.64 grain. Dari seluruh senapan yang saya miliki memang mimis ini tidak pernah menjadi favorit salah satunya. Masuk ke dalam laras dengan cukup keras dan menjanjikan. Kertas kembali terpotong baik dan kali ini tidak banyak bentuk lubang yang lonjong walaupun masih juga ditemui beberapa. Namun grouping yang didapatkan tidak kunjung memuaskan.

Grouping 10 tembakan 25 yard H&N Sport FTT 8.64 gr diukur 98.2 mm CTC. Bila grouping bagian dalam saja yang diukur akan didapatkan 49 mm.

Saya selalu menyukai mimis keluaran RWS. Finishing yang rapi dan material yang sedikit keras menurut saya lebih mengundang dari mimis keluaran JSB. Bahkan beberapa kali saya mendapatkan grouping yang sangat baik dengan RWS Superfield walaupun tidak begitu konsisten. Namun tidak hari ini. Superfield justru melebar.

Grouping 10 tembakan 25 yard RWS Superfield 8.4 gr diukur 78.6 mm CTC.

Apakah Rifle Scope Saya Gagal?
Hari itu saya berpikir dan merenung. Apakah benar akurasi senapan ini benar-benar tidak bisa diandalkan pada jarak 25 yard. Jarak hanya bertambah dua kali lipat lebih namun dengan kondisi agak berangin. Dan perbedaan akurasi meminjam istilah teman saya: "sangat tidak linear". Apakah mungkin scope Simmons saya juga mengalamin gangguan walaupun tidak terlihat reticle-nya berotasi?
Senapan ini memiliki open sight berbentuk V-notch yang cukup bisa diandalkan pada jarak 10 meter, walaupun tidak bisa diatur posisi horisontalnya. Bagaimana bila asumsi saya benar bahwa scope inipun ikut terganggu. Apakah akurasi bisa membaik dengan menggunakan visier bawaan saja?
Pengujian saya lakukan keesokan harinya dengan menggunakan RWS Superdome pada jarak yang sama serta kecepatan angin yang relatif sama. Ukuran titik bidik saya besarkan sesuai kemampuan mata saya.


Kali ini grouping menunjukkan angka 54 mm. Hasil yang sama seperti yang saya dapatkan dengan rifle scope saya. Kali ini tanpa adanya flyer. Rupanya memang sudah begitu adanya akurasi senapan ini pada jarak jauh. Tidak ada alasan dan motivasi saya untuk melanjutkan pengujian menggunakan mimis koleksi saya yang lain.

Simpulan dan Penutup
Apa yang harus saya sampaikan sebagai penutup? Pembaca sekalian bisa menyimpulkannya sendiri melalui seri laporan saya ini. Saya menyukai senapan ini walaupun perasaan saya telah dibutakan dengan uang yang saya bayarkan dan usaha yang saya kerjakan untuk membuat senapan ini menampilkan potensi terbaiknya.
Jadi biar saya katakan saja bila De Pyra Jupiter 27 ini adalah senapan per patah laras lokal dengan tampilan klasik yang menarik, usaha menembak yang cukup toleran dan akurasi yang cukup untuk jarak dekat.
Bila anda rela membayar 800 ribu untuk versi Special atau 650 ribu untuk versi Standar, anda akan disuguhkan senapan yang mampu membasmi hama kecil di pekarangan rumah anda yang kecil dengan kerusakan lingkungan yang minimal. Anda tidak perlu khawatir membeli sebuah rifle scope karena anda tidak akan menggunakannya pada jarak jauh dan visier bawaan saja cukup mumpuni untuk urusan membidik jarak dekat. Senapan ini tidak akan membangunkan seisi rumah karena cukup senyap walaupun  tanpa peredam. Dan anda akan disuguhkan sebuah senapan latih, yang setelah anda bisa menguasainya, akan membuat urusan menembak dengan senapan pompa milik anda menjadi tidak berarti. 
Dan karena senapan ini buatan lokal, anda tidak perlu mengkhawatirkan ketersediaan suku cadangnya. Jangan khawatir mengenai daya tahan per selama anda tidak menyimpannya dalam keadaan terkokang. Sedikit waktu tambahan untuk menunggu tikus mendatangi umpan anda tidak akan membuatnya kehilangan kekuatannya. Bukankah per motor ataupun mobil anda telah melewati puluhan ribu kilo meter jalan berlubang sebelum akhirnya rusak?
Semoga berguna. Terbuka untuk masukan dan pertanyaan.

Tidak ada komentar :