Kali ini saya melakukan unboxing pada senapan angin serius saya yang kedua. Setelah cukup lama menabung dan menahan diri, akhirnya saya berhasil juga memboyong HW 77 Versi Standar ke rumah saya. Bertepatan dengan kelulusan isteri saya dari pendidikan spesialisnya, dan untuk merayakan keberhasilan saya membiayai isteri saya sambil bertahan menghidupi keluarga, senapan ini saya namakan Lusi. Alias LuLUSnya Isteri. Wujud pelampiasan saya dan ekspresi egoistik saya yang lama ter-represi. Dan saat ini saya pikir waktu yang tepat, sebelum anak saya yang kedua lahir ataupun giliran saya tiba untuk kembali bersekolah. Dan seperti kata sahabat saya, kamu tidak pernah bisa salah kalau berinvestasi dalam benda logam karena nilainya tidak akan susut.
Banyak pertimbangan saya untuk memilih senapan kedua saya. Antara lain:
- Senapan ini haruslah spring piston (springer). Karena senapan serius saya yang pertama adalah pneumatik, pilihan logis berikutnya adalah spring piston. Membayangkan sensasi recoil dan menguasainya, membayangkan aroma dieseling dan mengendusnya sendiri, itulah angan-angan sederhana saya. Dan syukurnya saya masih memelihara keteguhan saya untuk tidak memiliki PCP.
- Senapan ini haruslah baru. Jika anda berpikir saya menyukai pekerjaan bongkar pasang senapan, maka anda salah. Karena saya secara tidak sengaja diharuskan memasuki dunia bongkar pasang senapan akibat meminang senapan bekas. Walaupun tidak saya pungkiri saya menemukan kepuasan tersendiri, namun semuanya itu dibayar dengan harga yang mahal, baik materil maupun moril.
- Senapan ini haruslah akurat. Karena Weihrauch terkenal dengan akurasinya dan ditambah kualitas rancang bangun dan materialnya yang diklaim dapat bertahan seumur hidup, maka senapan ini adalah pilihan yang sangat logis.
- Fixed barrel dan bukan break barrel. Walaupun spring piston identik dengan jenis break barrel, namun mendengar dan membayangkan istilah barrel droop dan barrel bending cukup membuat saya khawatir.
- Lagipula saya ingin mempelajari teknik menembak off hand. Nama HW 77 yang terkenal di medan tembak siluet dan field target memberi saya potensi untuk mempelajari teknik memegang senapan. Sudah cukup payah stamina tubuh saya yang tidak terlatih ketika harus memompa berkali-kali lalu memegang senapan tanpa disandarkan.
Setelah memberanikan diri untuk bersikap egois dan belajar ilmu pelicin dari teman baru saya, akhirnya saya berhasil membungkus senapan ini dari
Toko Senapan Angin Brata Sport, Istana Pasar Baru - Jakarta. Pesan saya pada pelayan toko adalah, "Kembalikan lagi senapan ini dalam kemasannya seperti saat senapan ini dikirimkan dari Jerman!" Maksudnya supaya saya bisa merasakan bagaimana sensasi membuka sebuah kemasan senapan baru. Bahkan saya tutup mata saya sewaktu pelayan toko menyiapkan paket senapan ini untuk saya. Selebihnya biarlah gambar yang berbicara.
|
Bungkusan yang membuat saya berseri-seri beberapa hari ini. Belum sempat dibuka sampai saat ini karena sibuk dengan urusan wisuda isteri. |
|
Don't judge a book by its cover. Tapi kemasan kardus yang kokoh dan terasa mantap sudah cukup menggambarkan isi yang dikandungnya. |
|
Bahkan dengan melihat kemasannya saja saya sangat terkesan dengan keseriusan perusahaan ini terhadap penanganan pengirimannya. |
|
Lusi under cover and manual instructions. Betapa saya sangat menyukai keberadaan manual dalam setiap unboxing yang saya lakukan. Manual ini hadir dalam dua jilid, satu dalam bahasa Jerman, Inggris dan Italia dan satu lagi dalam bahasa Spanyol. Tidak ada manual spesifik untuk satu model senapan karena semua terangkum menjadi satu buku. |
|
Lusi completely unboxed. Jangan lupakan adanya label yang bergantung pada pelindung picu. |
|
Ace dan Lusi berdampingan. HW 77 versi standar ternyata sangat panjang. |
Tidak ada komentar :
Posting Komentar