Masih berkenaan dengan tema berburu pada posting sebelumnya. Sebelumnya saya mencoba berburu dengan kondisi senapan dijinjing tanpa tali sandang. Akibatnya senapan saya yang tergolong berat (4.75 kg beserta rifle scope), sangat merepotkan dan melelahkan bagi saya untuk dibawa. Tidak jarang saya terjatuh karena berusaha menyeimbangkan tubuh melewati perbukitan yang terjal dan licin. Sebagai solusinya seorang teman mengusulkan untuk mengaplikasikan tali sandang. Karena senapan saya juga ditujukan untuk koleksi, maka keaslian setiap bagiannya penting untuk dipertahankan. Maka penggunaan swivel yang melubangi popor hendak saya hindarkan.
Postingan ini pernah ditampilkan juga pada blog milik Lembang Air Rifle Club (LARC). Karena yang membuat dudukan tali sandang ini adalah orang yang sama, maka tidak heran rancangannya juga serupa. Catatan ini dibuat sebagai catatan bagi saya dari diskusi yang saya alami dengan pembuat adaptor tali sandang ini.
Pertimbangan untuk Membuat dan Meletakan Adaptor Tali Sandang
Pada intinya tali sandang berguna untuk menggantung senapan pada saat berjalan. Tali sandang sendiri pada umumnya terikat dengan senapan pada dua titik. Pada senapan patah laras biasanya kedua titik persambungan ini diletakkan di pangkal laras dan bagian belakang popor.
Pada proyek kali ini saya bermaksud membuat adaptor untuk memasang tali sandang tanpa melukai kayu popor. Idenya adalah salah satu produk yang populer seperti gambar di atas. Materi yang digunakan baik untuk adaptor maupun tali sandang haruslah kaku namun kuat untuk menahan goncangan pada saat berjalan. Kaku karena setiap goncangan dapat membuat bagian yang plastis maupun elastis dari adaptor menjadi mulur. Itulah sebabnya pada umumnya untuk menyambung tali sandang sering digunakan materi berupa logam yang dinamakan swivel. Swivel memungkinkan pergerakan dari senapan terhadap tali sandang terjadi dengan luwes. Swivel ini dibenamkan pada bagian senapan terutama bagian popor yang terbuat dari kayu menggunakan satu bagian yang dinamakan swivel stud. Komponen ini pada intinya adalah suatu sekrup yang dirancang khusus dan berfungsi sebagai jangkar. Lubang pada stud inilah swivel dan kemudian tali sandang dipasangkan. .
Pada senapan yang ingin dijaga keaslian setiap bagiannya, tindakan melubangi popor bisa saja mengurangi nilai keasliannya. Untuk itu, memasang swivel menggunakan swivel stud tidak disarankan. Namun bagi yang sudah bertekad menjadikan senapan koleksinya sebagai kuda pekerja (work horse, di Indonesia mungkin lebih cocok disebut sebagai kerbau pembajak sawah), ada cara lain yang dapat ditempuh.
Untuk senapan patah larasnya bisa menggunakan swivel berbentuk cincin di bagian laras dan adaptor terbuat dari sejenis bahan kain parasut (tenunan benang nilon) di bagian popornya.
Untuk mengaplikasikan adaptor dari bahan kain parasut, atau populer dengan sebutan bahan tali tas ransel, kita perlu mempertimbangkan hal berikut yang mempengaruhi rancangannya.
1. Laras di atas atau di bawah.
Pada saat berjalan, yang merupakan mayoritas kegiatan berburu, ke manakah arah laras kita menunjuk? Beberapa orang seperti saya menyukai ujung laras menunjuk ke atas dengan alasan mana kala saya jatuh maka ujung laras tidak langsung menghujam tanah. Maka untuk menyesuaikan cara saya membawa senapan, adaptor tali sandang dibuat mencekik di belakang bagian terlebar dari popor. Sisanya dengan alasan keamanan saat berjalan, memilih mengacungkan laras ke bumi. Maka untuk tipe ini tali sandang dibuat mencekik di depan dari bagian terlebar popor. Hal ini mencegah tali sandang mulur akibat hentakan berulang saat berjalan dan melepaskan cengkeramannya pada popor.
Rancangan adaptor ini sendiri tidak mutlak ditempatkan seperti di atas karena alasan lain misalnya kenyamanan saat membidik. Maka bukan tidak mungkin menempatkan loop tali adaptor di depan bagian terlebar popor pada senapan walaupun dijinjing dengan arah ujung laras menunjuk ke atas. Hal ini dimungkinkan karena adanya tali kedua yang berfungsi sebagai tambatan dan menahan pergerakan maju tali loop pengikat popor.
2. Tangan kanan atau kiri.
Pertimbangan lain adalah dengan tangan apa kita memegang senapan dan membidik senapan kita. Hal ini berkenaan dengan penempatan simpul pengencang tali penambat. Jika kita menggunakan tangan kanan untuk memegang popor, tentunya pipi kanan kita akan bersentuhan dengan sisi popor sebelah kiri. Maka pada senapan ini kita letakkan simpul penambat di sisi kanan popor. Begitu pula sebaliknya.
3. Jenis materi untuk simpul penambat.
Pertimbangan lain lagi adalah materi untuk membentuk simpul penambat. Seiring dengan waktu, dapat dipastikan tali penambat akan perlu dikencangkan. Hal ini disebabkan karena hentakan berulang saat berjalan menyebabkan loop menjadi kendur akibat tali yang mulur. Maka simpul penambat harus dapat dikencangkan dengan toleransi ketegangan yang beragam. Simpul penambat sendiri harus menggunakan materi yang cukup kuat namun tidak berbahaya bagi lapisan pelindung finishing kayu popor.
4. Tentukan kemudahan bongkar pasang adaptor ini.
Bagi pengguna senapan yang suka melucuti tali sandang saat senapan disimpan, tentunya menginginkan adaptornya mudah dibongkar-pasang. Namun direkomendasikan menggunakan tali loop yang dijahit mati (paten) dan dimasukkan dari depan dengan melepaskan popor dari bagian utama laras. Hal ini memastikan cengkeraman tali loop tetap kuat dan meminimalkan tonjolan yang tidak perlu akibat penggunaan simpul penambat tambahan. Namun akibatnya, adaptor menjadi sukar dilepaskan. Dan buruknya lagi semakin sering popor dibongkar pasang maka akan mempengaruhi kekuatan drat sekrup pengencang popor yang notabene pada senapan per penting dijaga untuk selalu kuat.
Demikian beberapa poin yang saya catat dari diskusi kami sore itu. Terima kasih kepada Bapak Eddy Winardi yang telah membagikan lagi ilmunya juga waktunya kepada saya. Semoga berguna. Terbuka untuk pertanyaan dan masukan.
Postingan ini pernah ditampilkan juga pada blog milik Lembang Air Rifle Club (LARC). Karena yang membuat dudukan tali sandang ini adalah orang yang sama, maka tidak heran rancangannya juga serupa. Catatan ini dibuat sebagai catatan bagi saya dari diskusi yang saya alami dengan pembuat adaptor tali sandang ini.
Pertimbangan untuk Membuat dan Meletakan Adaptor Tali Sandang
Pada intinya tali sandang berguna untuk menggantung senapan pada saat berjalan. Tali sandang sendiri pada umumnya terikat dengan senapan pada dua titik. Pada senapan patah laras biasanya kedua titik persambungan ini diletakkan di pangkal laras dan bagian belakang popor.
Pada proyek kali ini saya bermaksud membuat adaptor untuk memasang tali sandang tanpa melukai kayu popor. Idenya adalah salah satu produk yang populer seperti gambar di atas. Materi yang digunakan baik untuk adaptor maupun tali sandang haruslah kaku namun kuat untuk menahan goncangan pada saat berjalan. Kaku karena setiap goncangan dapat membuat bagian yang plastis maupun elastis dari adaptor menjadi mulur. Itulah sebabnya pada umumnya untuk menyambung tali sandang sering digunakan materi berupa logam yang dinamakan swivel. Swivel memungkinkan pergerakan dari senapan terhadap tali sandang terjadi dengan luwes. Swivel ini dibenamkan pada bagian senapan terutama bagian popor yang terbuat dari kayu menggunakan satu bagian yang dinamakan swivel stud. Komponen ini pada intinya adalah suatu sekrup yang dirancang khusus dan berfungsi sebagai jangkar. Lubang pada stud inilah swivel dan kemudian tali sandang dipasangkan. .
Pada senapan yang ingin dijaga keaslian setiap bagiannya, tindakan melubangi popor bisa saja mengurangi nilai keasliannya. Untuk itu, memasang swivel menggunakan swivel stud tidak disarankan. Namun bagi yang sudah bertekad menjadikan senapan koleksinya sebagai kuda pekerja (work horse, di Indonesia mungkin lebih cocok disebut sebagai kerbau pembajak sawah), ada cara lain yang dapat ditempuh.
Swivel stud diaplikasikan dengan membuat lubang pada laras lalu memutar masuk komponen ini seperti sebuah baut. Diambil dari: http://www.gunblast.com/images/Ruger-No1-475L/DSC08565.JPG |
Untuk senapan patah larasnya bisa menggunakan swivel berbentuk cincin di bagian laras dan adaptor terbuat dari sejenis bahan kain parasut (tenunan benang nilon) di bagian popornya.
Set pemegang laras dan swivel setelah dirakit pada pangkal laras. Cincin pemegang laras milik saya bergeser ke belakang karena kekuatan recoil senapan saya. |
Alternatif pemegang laras yang digunakan teman saya pada senapan Diana 25D miliknya. Terbuat dari bahan tali ransel yang sejenis. |
Untuk mengaplikasikan adaptor dari bahan kain parasut, atau populer dengan sebutan bahan tali tas ransel, kita perlu mempertimbangkan hal berikut yang mempengaruhi rancangannya.
1. Laras di atas atau di bawah.
Pada saat berjalan, yang merupakan mayoritas kegiatan berburu, ke manakah arah laras kita menunjuk? Beberapa orang seperti saya menyukai ujung laras menunjuk ke atas dengan alasan mana kala saya jatuh maka ujung laras tidak langsung menghujam tanah. Maka untuk menyesuaikan cara saya membawa senapan, adaptor tali sandang dibuat mencekik di belakang bagian terlebar dari popor. Sisanya dengan alasan keamanan saat berjalan, memilih mengacungkan laras ke bumi. Maka untuk tipe ini tali sandang dibuat mencekik di depan dari bagian terlebar popor. Hal ini mencegah tali sandang mulur akibat hentakan berulang saat berjalan dan melepaskan cengkeramannya pada popor.
Rancangan adaptor ini sendiri tidak mutlak ditempatkan seperti di atas karena alasan lain misalnya kenyamanan saat membidik. Maka bukan tidak mungkin menempatkan loop tali adaptor di depan bagian terlebar popor pada senapan walaupun dijinjing dengan arah ujung laras menunjuk ke atas. Hal ini dimungkinkan karena adanya tali kedua yang berfungsi sebagai tambatan dan menahan pergerakan maju tali loop pengikat popor.
2. Tangan kanan atau kiri.
Pertimbangan lain adalah dengan tangan apa kita memegang senapan dan membidik senapan kita. Hal ini berkenaan dengan penempatan simpul pengencang tali penambat. Jika kita menggunakan tangan kanan untuk memegang popor, tentunya pipi kanan kita akan bersentuhan dengan sisi popor sebelah kiri. Maka pada senapan ini kita letakkan simpul penambat di sisi kanan popor. Begitu pula sebaliknya.
Bagian tali yang bersentuhan dengan pipi dibuat sesederhana dan setipis mungkin agar tidak mengganggu/mengganjal saat membidik. |
3. Jenis materi untuk simpul penambat.
Pertimbangan lain lagi adalah materi untuk membentuk simpul penambat. Seiring dengan waktu, dapat dipastikan tali penambat akan perlu dikencangkan. Hal ini disebabkan karena hentakan berulang saat berjalan menyebabkan loop menjadi kendur akibat tali yang mulur. Maka simpul penambat harus dapat dikencangkan dengan toleransi ketegangan yang beragam. Simpul penambat sendiri harus menggunakan materi yang cukup kuat namun tidak berbahaya bagi lapisan pelindung finishing kayu popor.
Tali penambat yang melingkari recoil pad dibuat lebih panjang dari yang dibutuhkan agar dapat ditempelkan di sisi sebaliknya menggunakan kain velcro. |
4. Tentukan kemudahan bongkar pasang adaptor ini.
Bagi pengguna senapan yang suka melucuti tali sandang saat senapan disimpan, tentunya menginginkan adaptornya mudah dibongkar-pasang. Namun direkomendasikan menggunakan tali loop yang dijahit mati (paten) dan dimasukkan dari depan dengan melepaskan popor dari bagian utama laras. Hal ini memastikan cengkeraman tali loop tetap kuat dan meminimalkan tonjolan yang tidak perlu akibat penggunaan simpul penambat tambahan. Namun akibatnya, adaptor menjadi sukar dilepaskan. Dan buruknya lagi semakin sering popor dibongkar pasang maka akan mempengaruhi kekuatan drat sekrup pengencang popor yang notabene pada senapan per penting dijaga untuk selalu kuat.
Berpose setelah berhasil menyelesaikan pemasangan tali sandang dengan sangat cepat dan rapi. Banyak terima kasih. |
Demikian beberapa poin yang saya catat dari diskusi kami sore itu. Terima kasih kepada Bapak Eddy Winardi yang telah membagikan lagi ilmunya juga waktunya kepada saya. Semoga berguna. Terbuka untuk pertanyaan dan masukan.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar